# Hasbi, Bocah Miskin dan Mimpinya Ke Sebuah Negeri di Belahan Dunia
Selalu
saja ada banyak hal yang terjadi dalam kehidupan seorang manusia,
termasuk apa saja yang baru saja dialami Hasbi, bocah miskin,
sakit-sakitan, dan tak punya cita-cita untuk bisa hidup panjang.
Daripada hidupnya menyusahkan orangtuanya yang terlanjur sudah sangat
susah, lebih baik mengakhiri hidup adalah pilihan yang tepat. Namun,
bunuh diri untuk bocah sekecil hasbi, tentu tidaklah berarti apa-apa,
dosa juga belumlah banyak, namun, akalnya yang terlalu panjang, tak
pernah terpikirkan pikiran bodoh seperti itu. Dalam lamunan sederhananya
adalah bagaimana bisa membantu ibunya yang sudah mulai beruban
rambutnya, menahan kepayahan demi kepayahan hidup yang menderanya.
Malam
semakin larut, sedang hasbi tak juga segera bisa memejamkan matanya,
ada segundah jiwa yang bertahta dalam pikiran dan hatinya. Dia ingin
memaksa matanya untuk terpejam, namun matanya tetap saja membandel, dan
tak patuh dengan perintah sang majikannya.
Sejumput
rasa yang bersarang dalam jiwanya menghantarkannya pada dimensi
diantara sadar dan tak sadar, meski mata dipaksa terpejam, namun hatinya
tetap tak segera menurut perintah, dan akalnya masih saja
terombang-ambing dalam kebingungan antara mengikuti sabda hati atau
kehendak matanya.
Dalam dimensi yang dilukiskan oleh sebagian pakar metafisika sebagai ruang kosong, atau dimensi alfa (∝
)
dimana disitulah dimensi yang tepat bagi seseorang untuk bisa
mengkonstruksikan impian dan harapannya, namun dalam pikiran hasbi
tidaklah ada kamus tentang teori orang metafisika gemblung itu. Yang ada
didalam bayangannya kini adalah sebuah deretan gunung grand canyon,
yang seolah tak berujung, saling tumpang tindih menjadi pemandangan yang
sungguh menakjubkan, dengan antara sadar dan tak sadar dia bergumam.
“ ini bukan duniaku, ini bukan negeriku, dimanakah aku…dimanakah aku…?”
Lalu
sekejap pegununungan itu berubah menjadi padang sabana menghijau yang
luas, ada beraneka binatang yang tak pernah ia lihat, tapi dia tahu
namanya dari buku pelajaran yang dia dapatkan.
Tak
berselang setelah padang sabana menghijau yang luas, pemandangan itu
sekejab berubah menjadi gelap, tak ada cahaya….hasbi ketakutan, keringat
dingin mulai mengalir dari dahinya, lalu turun ke pelipisnya. Namun,
hasbi tak sanggup berbuat apa-apa dia tetap saja mematung, menatap
dimensi alfa yang barus saja dia temukan. Kemudian tiba-tiba, bajunya
yang dia kenakan mendadak berubah menjadi putih dan layaknya jubah para
dokter praktek, atau layaknya para ilmuwan yang sedang merancang sebuah
penemuan.
Dan
ruang gelap itu, berubah menjadi pemandangan ala zaman prasejarah, ada
tulang belulang yang tersusun rapi menjulang tinggi membentuk sebuah
kerangka binatang yang tinggi besar menyeramkan, belakangan Hasbi baru
tahu kalau itu adalah sisa tulang belulang dari binatang Dinosaurus yang
sudah punah dan mengalami evolusi yang ditemukan oleh para sejarawan.
Pandangan
matanya, tertuju pada sebuah susunan binatang yang sudah biasa dia
jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dia adalah burung, burung itu seolah
hidup dan bergerak-gerak
mendekatinya. Dia terpana dan sekaligus takut, melihat pemandangan yang
aneh itu… lalu, benar saja tiba-tiba burung itu meluncur ke arahnya
seakan ingin menerkamnya. Burung yang tadinya kecil ternyata berubah
menjadi besar dan bahkan lebih besar dari ukuran tubuh Hasbi. Hasbi
benar-benar takut. Burung itu seolah kelaparan, dan ingin mengoyak tubuh
mungil hasbi.
Hasbi panik dan takut, keringat sudah membanjir dan membasahi sekujur badannya.. dan dia berteriak histeris…..
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaah, tidaaaaakkkkkkk…”
Dengan pikiran yang kembali sadar…”aahhh…Cuma mimpi….”
Komentar
Posting Komentar